SELAMAT DATANG DI DUNIA MAYA

SELAMAT DATANG DI DUNIA MAYA
Apabila ada kekurangan saya harap dimaklumi dan tolong berikan masukan untuk saya...

Selasa, 06 Desember 2011

ARTI CINTA

Cinta adalah sebuah perasaan yang diberikan oleh Tuhan pada sepasang manusia untuk saling saling mencintai, saling memiliki, saling memenuhi, saling pengertian. Cinta itu sendiri sama sekali tidak dapat dipaksakan, cinta hanya dapat berjalan apabila kedua belah pihak ikhlas, cinta tidak dapat berjalan apabila mereka mementingkan diri sendiri. Karena dalam berhubungan, pasangan kita pasti menginginkan suatu perhatian lebih dan itu hanya bisa di dapat dari pengertian pasangannya.

Cinta adalah memberikan kasih sayang bukannya rantai. Cinta juga tidak bisa dipaksakan dan datangnya pun kadang secara tidak di sengaja. CInta indah namun kepedihan yang ditinggalkannya kadang berlangsung lebih lama dari cinta itu sendiri. Batas cinta dan benci juga amat tipis tapi dengan cinta dunia yang kita jalani serasa lebih indah harum dan bermakna.

Cinta itu adalah perasaan seseorang terhadap lawan jenisnya karena ketertarikan terhadap sesuatu yang dimiliki oleh lawan jenisnya (misalnya sifat, wajah dan lain lain). Namun diperlukan pengertian dan saling memahami untuk dapat melanjutkan hubungan, haruslah saling menutupi kekurangan dan mau menerima pasangannya apa adanya, tanpa pemaksaan oleh salah satu pihak. Berbagi suka maupun duka bersama.

Cinta itu adalah sesuatu yang murni, putih, tulus dan suci yang timbul tanpa adanya paksaan atau adanya sesuatu yang dibuat buat, Menurut saya pribadi cinta itu dapat membuat orang itu dapat termotivasi untuk melakukan perubahan yang lebih baik/mulia daripada sebelum ia mengenal cinta itu. Cinta itu sesuatu yang suci dan janganlah kita menodai cinta yang suci itu dengan keegoisan, kemunafikan kita yang hanya menginginkan enaknya buat diri sendiri.

Cinta adalah perasaan hangat yang mampu membuat kita menyadari betapa berharganya kita, dan adanya seseorang yang begitu berharga untuk kita lindungi. CInta tidaklah sebatas kata-kata saja, karena cinta jauh lebih berharga daripada harta yang melimpah, termahal di dunia pun. Saat seseorang memegang tanganmu dan bilang Aku cinta kamu…pasti menjadi perasaan hangat yang istimewa, Karena itu, saat kamu sudah menemukan seseorang yang begitu berharga buat kamu, jangan pernah lepaskan dia! Namun adakalanya cinta begitu menyakitkan, Maka berhati hatilah jangan pernah coba-coba untuk bermain cinta

Cinta itu adalah sebuah perasaan yang tidak ada seorangpun bisa mengetahui kapan datangnya, bahkan sang pemilik perasaan sekalipun. Jika kita sudah mengenal cinta, kita akan menjadi orang yang paling berbahagia di dunia ini. Akan tetapi, bila cinta kita tak terbalas, kita akan merasa bahwa kita adalah orang paling malang dan kita akan kehilangan gairah hidup. Dengan cinta, kita bisa belajar untuk menghargai sesama, serta berusaha untuk melindungi orang yang kita cintai,

Cinta merupakan anugerah yang tak ternilai harganya dan itu di berikan kepada makhluk yang paling sempurna, manusia. Cinta tidak dapat diucapkan dengan kata-kata, tidak dapat dideskripsikan dengan bahasa apapun. Cinta hanya bisa dibaca dengan bahasa cinta dan juga dengan perasaan. Cinta adalah perasaan yang didalam sanubari lubuk hati yang tedalam yang bisa membawa kita melayang kedunia Fana yang penuh dengan mimpi indah.

Senin, 14 November 2011

Lebih dari yang diharapkan

Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah ... - I Korintus 2:9
Salah satu kunci meraih kebahagiaan di dalam dunia ini adalah dengan memberikan lebih dari yang diharapkan. Untuk bisa melakukan hal ini, jelas kita harus bebas dari sifat egois dan kikir. Ini semakin mempertegas mengapa orang yang pelit tidak akan pernah merasa berbahagia di dalam hidupnya. Kita mulai dari Allah. Seandainya Dia hanya memberikan kepada kita anugerah keselamatan, saya rasa itu lebih daripada cukup. Namun tak hanya itu, berkat-berkat lain juga diberikan kepada kita. Bahkan, apa yang tidak pernah kita lihat, apa yang tidak pernah kita dengar, dan apa yang tidak pernah timbul dari hati kita, itu semua disediakan Allah bagi kita. Jelas Dia memberikan lebih dari yang kita butuhkan dan lebih dari yang kita harapkan.
Perusahaan yang sukses biasanya selalu memberi “nilai tambah” kepada klien atau konsumennya. Yang jelas, mereka tidak hanya memberi seperti yang diharapkan, tapi memberi lebih dari itu. Pekerja yang sukses dalam karir juga selalu memberi kontribusi lebih dari yang diharapkan perusahaan. Pasangan yang sukses membangun rumah tangga juga pasangan yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian lebih dari yang diharapkan oleh pasangannya. Prinsip ini juga berlaku dalam pelayanan. Jika Anda adalah pemimpin rohani, atau sebut saja pendeta, sudahkah Anda memberikan yang terbaik kepada domba-domba Anda? Tidak hanya sekedar rumput untuk makanan rohani mereka, tapi benar-benar padang rumput yang hijau untuk mereka.
Michael Jordan, legendaris basket dunia, pernah ditanya kunci keberhasilannya, dan dia menjawab seperti ini, “Saya memiliki harapan yang lebih besari daripada harapan orang lain terhadap diri saya. Ketika pelatih meminta saya berlatih tiga kali seminggu, saya akan berlatih lima kali. Ketika pelatih berharap saya dapat mencetak 15 angka dalam setiap pertandingan, saya akan mencetak 36 angka! Itu sebabnya saya menjadi yang terbaik di dunia.” Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memberi lebih dari yang diharapkan?

TUHAN mengapa ENGKAU meninggalkan aku ?????

Mazmur 42:12Aku berkata kepada Allah, gunung batuku: "Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?"
Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 84; Lukas 5; Yeremia 14-15
Apakah Anda tahu bahwa Anda boleh mengajukan pertanyaan kepada Tuhan? Benar! Anda boleh bertanya pada Tuhan. Beberapa orang berpikir jika ia mengajukan pertanyaan pada Tuhan, artinya dia sedang meragukan Tuhan, tapi tidak demikian sebenarnya.
Mari lihat Yesus Kristus saat Ia menjalani penderitaan di kayu salib. Dia berseru, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
Bahkan Daud, pria yang berkenan di hati Tuhan ini berani berseru kepada Tuhan dalam ketakutan dan kecemasannya dan mengungkapkan rasa sakit hati yang dialaminya. Dalam Mazmur 42:10, Daud berkata: Aku berkata kepada Allah, gunung batuku: "Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?" Hal ini bisa Daud lakukan karena ia sangat jujur kepada Tuhan. Anda dan saya bisa beralih ke pada Mazmur untuk menemukan penghiburan, ketenangan dan kekuatan.
Anda bisa jujur kepada Tuhan tentang rasa sakit Anda, pergumulan dan penderitaan Anda. Anda bisa mencurahkan isi hati Anda kepada-Nya. Kita semua mengalami ketidak pastian dalam hidup dan banyak pertanyaan muncul dalam hati dan pikiran kita yang membutuhkan jawaban. Datanglah pada Tuhan. Dia dapat menerima pertanyaan yang kasar dan jujur dari hati Anda. Dia menyambut Anda dalam hadirat-Nya. Ya, berserulah kepada Tuhan ketika hati Anda sakit, tapi jadilah seperti Daud yang tetap memegang janji Tuhan dalam keadaan apapun seperti yang ia lakukan di Mazmur 42:12, “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!”
Bangkitkan iman Anda dan ingatkan diri Anda sendiri tentang cinta serta kasih karunia yang ada dalam Tuhan. Dia adalah tempat perlindungan yang aman dan kekuatan bagi hidup Anda.
Tuhan dapat menerima pertanyaan yang kasar dan jujur dari hati Anda. Dia selalu menantikan kedatangan Anda.

KATA KATA MOTIVASI BUAT PENGUSAHA DAN PROFESIONAL MUDA

Banyak orang mengeluhkan tidak enaknya beban pekerjaan, dan lebih merindukan istirahat dan liburan.
Mengeluhlah dalam perjalanan naik Anda menuju keberhasilan, tapi sadarilah bahwa keluhan Anda akan lebih hebat lagi jika Anda gagal.
Kesulitan hidup bukanlah ijin untuk tidak berhasil.
Lebih baik kita bekerja keras untuk berhasil, daripada harus menjelaskan mengapa kegagalan bukanlah salah kita.

Alasan utama yang menjadikan orang tidak berhasil, adalah tidak adanya hubungan antara apa yang dikerjakannya, dengan apa yang akan membuatnya berhasil.
Maka, janganlah hanya mengerjakan yang Anda senangi, tetapi yang jauh dari menyenangkan orang lain.
Ingatlah, kegembiraan sesama adalah tanda kegembiraan Tuhan.
Jika Anda merindukan kebahagiaan, bahagiakanlah orang lain melalui pekerjaan Anda.

Ada orang yang mengumpulkan dan membawa puing-puing kegagalannya di masa lalu, untuk menghalangi perjalanannya ke masa depan.
Yang terjadi di masa lalu adalah pelajaran bagi penguatan Anda, dan tidak boleh digunakan sebagai beban dan pelemah upaya Anda hari ini.
BERDAMAILAH DENGAN MASA LALU ANDA.
Jadilah pribadi yang damai, jujur, dan bekerja keras bagi masa depan yang baik.

LIMA TANDA KEEFEKTIFAN PRIBADI ANDA
1. Besarnya rasa terima kasih orang lain atas kontribusi Anda
2. Tulusnya rasa syukur mereka atas keikhlasan Anda
3. Besarnya permintaan orang lain untuk kehadiran Anda
4. Baiknya imbalan yang disediakan untuk waktu Anda
5. Dalamnya rasa syukur Anda kepada Tuhan atas semua itu
Sesungguhnya, KITA TIDAK BISA BERHASIL TANPA MEMBERHASILKAN ORANG LAIN.

Apa pun yang ingin Anda nikmati dengan mudah, selalu mengharuskan Anda untuk bekerja keras mengatasi kesulitan.
KESULITAN ADALAH SYARAT UNTUK MENCAPAI KEMUDAHAN.
Maka bersyukurlah jika Anda menemui kesulitan, jangan mengeluh, bekerjalah dengan tulus, bersabarlah dalam menantikan hasil, selalu kenakan wajah ramah Anda, lalu perhatikan apa yang terjadi.

Seseorang yang belum berhasil, tidak bisa disebut orang gagal.
Selama dia berupaya, dia adalah seorang petarung yang berada dalam perjalanan menuju kemenangan hidupnya. Tidak ada orang yang bisa disebut gagal, selama dia berupaya dan selama dia tidak menyerah.
Tuhan sangat mengasihi jiwa yang ikhlas meyakini, bahwa:
BELUM BERHASIL TIDAK SAMA DENGAN GAGAL.


ANDA AKAN MENCAPAI APA PUN jika Anda bersedia melakukan yang dibutuhkan untuk mencapainya.
Tetapi, berapa banyakkah orang yang kesibukannya betul-betul berhubungan dengan yang akan dicapainya?
Berapa banyakkah orang yang ingin menjadi kaya, yang kesibukannya sama sekali tidak ada hubungannya dengan berhemat dan memperbesar pendapatan?
Apa pun yang Anda inginkan, mungkinkan!

SEMUA ORANG INGIN BERHASIL, TETAPI TIDAK SETIAP ORANG BERSEDIA BERUBAH.
Sebagian besar dari janji yang memenuhi langit adalah janji untuk berubah, tetapi yang diucapkan oleh orang-orang yang tersinggung dan marah jika dianjurkan untuk mengubah sikap dan cara-caranya.
MEMANG PERUBAHAN TIDAK MENJAMIN KEBERHASILAN, TETAPI TIDAK ADA KEBERHASILAN YANG BISA DICAPAI TANPA PERUBAHAN.

BEKERJALAH SEPERTI ANDA TIDAK MUNGKIN GAGAL.
Jangan tolak anjuran itu, karena sikap itu lebih baik daripada bekerja seperti tidak ada kemungkinan berhasil.
Hidup Anda terlalu penting untuk digunakan melakukan yang kecil-kecil.

Mencapai kemampuan besar untuk membiayai kehidupan, dimulai dengan MELAKUKAN YANG PALING MUDAH bagi kita.
Jika yang paling mudah sekarang adalah malas, maka malaslah menjadi pribadi yang tak berguna, atau tundalah menunda yang penting.
Perhatikanlah, semua kelemahan hidup selalu bersumber dari hal-hal baik yang kita tunda karena mengutamakan rasa malas.

Apa pun yang Anda lakukan, lakukanlah dengan sebaik mungkin.
Karena, keahlian apa pun datang dari melakukannya. Dan keahlian adalah yang menjadikan Anda pribadi yang dihargai tinggi.
Saya ulangi ya?
1. Keahlian Anda datang dari melakukan.
2. Harga Anda ditentukan oleh keahlian Anda.
Apakah kemalasan dan kebiasaan menunda, akan menjadikan Anda ahli dalam sesuatu?

Rabu, 09 November 2011

Pengertian Pragmatik

Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa sekarang ini, walaupun pada kira-kira dua dasa warsa yang silam, ilmu ini jarang atau hampir tidak pernah disebut oleh para ahli bahasa. Hal ini dilandasi oleh semakin sadarnya para linguis, bahwa upaya untuk menguak hakikat bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa didasari pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu digunakan dalam komunikasi (Leech, 1993: 1). Leech (1993: 8) juga mengartikan pragmatik sebagai studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situasions).
Pragmatik sebagaimana yang telah diperbincangkan di Indonesia dewasa ini, paling tidak dapat diedakan atas dua hal, yaitu (1) pragmatik sebagai sesuatu yang diajarkan, (2) pragmatik sebagai suatu yang mewarnai tindakan mengajar. Bagian pertama masih dibagi lagi atas dua hal, yaitu (a) pragmatik sebagai bidang kajian linguistik, dan (b) pragmatik sebagai salah satu segi di dalam bahasa atau disebut ‘fungsi komunikatif’ (Purwo, 1990:2).
Pragmatik ialah berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya bahasa dalam komunikasi (KBBI, 1993: 177). Menurut Levinson (1983: 9), ilmu pragmatik didefinisikan sebagai berikut:
(1) “Pragmatik ialah kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa”. Di sini, “pengertian/pemahaman bahasa” menghunjuk kepada fakta bahwa untuk mengerti sesuatu ungkapan/ujaran bahasa diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yakni hubungannya dengan konteks pemakaiannya.
(2) “Pragmatik ialah kajian tentang kemampuan pemakai bahsa mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks-konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu”.
(Nababan, 1987: 2)

Pragmatik juga diartikan sebagai syarat-syarat yang mengakibatkan serasi-tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran (Kridalaksana, 1993: 177). Menurut Verhaar (1996: 14), pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal “ekstralingual” yang dibicarakan.
Purwo (1990: 16) mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai makna tuturan (utterance) menggunakan makna yang terikat konteks. Sedangkan memperlakukan bahasa secara pragmatik ialah memperlakukan bahasa dengan mempertimbangkan konteksnya, yakni penggunaannya pada peristiwa komunikasi (Purwo, 1990: 31).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan tentang batasan pragmatik. Pragmatik adalah suatu telaah umum mengenai bagaimana caranya konteks mempengaruhi peserta tutur dalam menafsirkan kalimat atau menelaah makna dalam kaitannya dengan situasi ujaran.

Fenomena Pragmatik
Kancah yang dijelajahi pragmatik ada empat: (a) deiksis, (b) praanggapan (presupposition), (c) tindak ujaran (speech acts), dan (d) implikatur percakapan (conversational implicature).

PRAANGGAPAN (PRESUPPOSITION)

A: “Mari makan, Pak.”
B: “Ya, terima kasih.”
- Setting di mana?
- Mengapa si B tidak mau ikut makan?
 Inilah pentingnya ketika kita meganalisis
wacana harus mengetahui praanggapannya.
 Dari percakapan tersebut, anggapannya
adalah A dan B etnis tertentu.
 Perlu adanya pengetahuan mengenai
sesuatu yang menjadi kebiasaan sebuah
komunitas tertentu.
 Indikator orang menawarkan makan basabasi
atau sungguhan itu apa?
A: “Mau ke mana?”
B: “Beli sabun.”
 Ada suatu praanggapan bahwa si A tahu
kebiasaan si B jika ia akan membeli sabun
pergi ke warung.
 Si A tahu persis kebiasaan B, sehingga
jawabannya tidak lengkap.
 Seharusnya, A: “Saya akan ke warung pak
Paijo untuk membeli sabun.”
 Praanggapan sangat berguna untuk
memaknai kalimat-kalimat yang tidak
berterima.
Misal:
- Kadal dapat terbang.
- Kucing bertelur.
• Secara gramatikal kedua kalimat di atas
benar, tetapi tidak berterima.
PRAANGGAPAN ITU APA?
 Seperangkat anggapan yang dimiliki oleh mitra
komunikasi yang harapannya bisa dipahami.
 Agar komunikasi berjalan dengan baik, maka kita
harus tahu apa yang ada di dalam benak seseorang
mengenai topik tertentu.
 Ketika anggapan seseorang salah maka komunikasi
tidak berjalan komunikatif.
 Praanggapan dalam setiap budaya itu berbedabeda.
 Misal kata berdagang. Setiap daerah memiliki
makna yang berbeda-beda.
 Cari Praanggapannya:
- Tomi melihat kerbau berkaki lima.
- Aneh kalau orang Jogja tidak suka manis.
- Tidak seperti biasanya sungai ini keruh.

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENDEKATAN PRAGMATIK COOPERATIVE SCRIPT BAHASA INDONESIA SISW....

                                                            ABSTRAK


Kata kunci: Pendekatan Kooperative Script, keterampilan berbicara, Sekolah Dasar.
Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk mempersatukan keberagaman bahasa, adat istiadat, suku, dan budaya. Bertolak dari hal tersebut, siswa diharapkan memiliki kemampuan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Permasalahan yang terjadi di kelas adalah siswa belum mampu berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta belum sesuai dengan situasi dan konteks, sehingga perlu adanya inovasi dalam pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu meningkatkan hasil belajar keterampilan berbicara siswa yang mencakup, kelancaran berbicara, intonasi, strukutur kalimat, ketepatan pilihan kata, kontak mata yang sesuai dengan situasi dan konteks.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pragmatik. Pendekatan pragmatik membelajarkan siswa agar dapat berbicara sesuai situasi dan konteks antara lain; siapa, di mana, kapan, tujuan dan peristiwa apa? Rancangan penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) melalui tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.Teknik pengumpulan data dengan menggunakan tes, observasi dan wawancara selama proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, pendekatan pragmatik diterapkan dalam matapelajaran Bahasa Indonesia.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut; hasil belajar siswa berupa pemahaman konsep tentang situasi dan konteks saat berbicara secara klasikal mengalami peningkatan. Secara keseluruhan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dan mencapai target yang telah ditetapkan setelah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pragmatik. Hal ini disimpulkan bahwa pendekatan pragmatik telah berhasil meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
Dari hasil penelitian ini diharapkan agar guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan pragmatik dalam mengajarkan matapelajaran Bahasa Indonesia khususnya keterampilan berbicara. Bagi peneliti lain diharapkan dapat meneliti dengan menggunakan metode atau pendekatan lain dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

Selasa, 08 November 2011

“RAHASIA-RAHASIA DALAM GULUNGAN-GULUNGAN KUNO “

Orang-orang  yang  menyatakan  diri mereka nabi  dengan bangga  meramalkan  berita-berita  utama  masa  mendatang  dengan penuh  keyakinan .
Mereka menegaskan  bahwa  mereka mengetahui  peristiwa-peristiwa  dunia lebih  dahulu.Entah  bagaimana,menurut   mereka,mereka memiliki  sambungan  langsung  dengan  Yang  Maha  Kuasa  atau kekuatan-kekuatan  yang  menguasai   jagat  raya  ini.
Orang-orang  pintar  seperti   itu  mengamarkan   tentang  keruntuhan  pasar  saham  yang  segera  terjadi,perubahan-perubahan  yang  dramatis  dalam  pola-pola  cuaca,kelaparan  di  seluruh dunia,tsunami-tsunami  besar,penyakit-penyakit  yang  membinasakan,kehancuran  karena  nuklir,atau  keruntuhan  peradaban  yang  mematikan   yang  segera  datang.
Sementara  milenium  baru  dimulai  beberapa  tahun  yang   lalu,ramalan-ramalan  tentang  hari kiamat  semakin  meningkat.Lebih  dari  250  situs  internet  saat ini menyajikan  skenario-skenario  zaman  akhir.Salah  satu  peramal  yang  paling populer   dengan  pengikut  yang  berjumlah  jutaan orang  adalah  Nostradamus.Paranormal  Perancis  pada  abad  ke-16  ini menyatakan  bahwa  dia  dapat  memperkirakan  masa  depan  dengan  duduk  diatas  tripod  kuning.Nostradamus  telah membuat  ratusan  ramalan.Tafiran  modern  dari  salah  satu  ramalan  yang paling  terkenal  menyebutkan  bahwa  awal  tahun  1999  atau  tahun  2000 “pertikaian  antara  kelompok-kelompok   rasial,etnis,dan  nasional  di  Eropa  Timur  berpuncak  dengan  penggunaan  senjata  nuklir.Jutaan  orang   tidak  saja  di  takutkan  mati  dan  memang  mereka  sekarang  sudah  mati.Apa   yang  tadinya  dianggap sebagai  ‘peradaban’Eropa  sekarang  menjadi  kenangan  yang  semakin  jauh.”
Jelaslah,nubuatan  itu  sepenuhnya  gagal.Nubuatan  itu  tidak  terjadi.Hal yang  sama  berlaku  juga  untuk  banyak sekali  ramalan  lainnya  tentang  akhir  zaman itu.Berikut  ini  adalah  sebuah  tafsiran  tentang  sebuah  nubuatan  oleh  Edgar  Cayce,orang  yang  disebut  sebagai  “Nabi  yang  tidur” yang  meninggal  pada  tahun  1945.
“Akan  ada  suatu  kehancuran  besar  di  bidang  keuangan  pada  bulan  januari  2000.Es  dan  badai  listrik  yang  mengerikan  akan  menyapu  Amerika  Serikat  dan  Eropa  dengan  membunuh  jutaan  orang  atau  lebih  orang-orang  lanjut  usia  dan orang-orang  tak  bersalah  lainnya  yang  telah  kehilangan  rumah atau  penghasilan  mereka  pada  saat  kehancuran  bulan  januari  itu.
Ramalannya  tentang  masa mendatang  berada  jauh  di  luar  garis. Selain  nabi-nabi  kiamat  ini  yang  meramalkan  akhir  dunia  yang  tragis,

Senin, 03 Oktober 2011


www.Ficer-makatika.blogspot.com
PRAKATA
Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan yang Maha Esa,karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Pada kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak james selaku dosen pembimbing mata kuliah Pragmatik yang telah bersedia memberikan bimbingan dan arahan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa, serta pihak lain yang turut membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini, penulis menyampaikan pokok pikiran mengenai kajian Pragmatik yaitu Deiksis. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari segi isi maupun dari segi penyusunannya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan penulis dalam hal pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Manado, Oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Prakata..................................................................................................................
i
Daftar Isi...............................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................
2
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................
2
1.4 Manfaat Penulisan ……………………………………………
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kajian Pragmatik ....……..........................................................
3
2.2 Pengertian Deiksis ..….............................................................
7
2.3 Jenis Deiksis .………………....................................................
9
2.4 Penggunaan Kata Ganti Nondeiksis ………………………….
18
2.5 Deiksis dan Acuan ……………………………………………
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan ……………………………………………………...
24
3.2 Saran ………………………………………………………….
24
DAFTAR PUSTAKA

***
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial di mana mereka harus bergaul dengan manusia lain yang di sekitarnya. Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul sosial dengan terdekat, meskipun bentuk masih satu arah-orang tua berbicara, dan bayi hanya mendengarnya saja. Dalam perkembangan hidup selanjutnya, dia mulai memperoleh bahasa setapak demi setapak. Pada saat yang sama, dia juga sudah dibawa ke dalam kehidupan sosial di mana terdapat rambu-rambu perilaku kehidupan. Rambu-rambu ini diperlukan karena meskipun manusia itu dilahirkan bebas, tetap saja dia harus hidup bermasyarakat. Ini berarti bahwa dia harus pula menguasai norma-norma sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Sebagian dari norma-norma ini tertanam dalam bahasa sehinngga kempetensi anak tidak hanya terbatas pada apa yang dinamakan pemakaian bahasa (language usage) tetapi juga penggunaan bahasa (language use). Dengan kata lain, anak harus pula menguasai kemampuan pragmatik.
Suatu informasi pada dasarnya mensyaratkan kecukupan (sufficient) dalam struktur internal informasi itu sendiri sehingga orang yang diajak komunikasi dapat memahami pesan dengan tepat. Persoalan akan muncul, bagaimana jika informasi itu hanya dapat dipahami dari konteksnya. Deiksis adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan keniscayaan hadirnya acuan ini dalam suatu informasi. Menariknya, meski deiksis ini erat kaitannya dengan konteks berbahasa, namun tidak masuk dalam kajian pragmatik karena sifatnya yang teramat penting dalam memahami makna semantik. Dengan kata lain deiksis merupakan ikhtiar pragmatik untuk memahami makna semantik.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang di sampaikan di atas, ada beberapa permasalah yang disampaikan.
1. Apa itu deiksis?
2. Ada berapa jenis deiksis?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah di atas, ada beberapa manfaat yang ingin dicapai.
1. Mengetahui apa itu deiksis.
2. Mengetahui jenis-jenis deiksis.
1.4 MANFAAT PENULISAN
· Mahasiswa
Bagi mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia, makalah ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan penunjang kegiatan perkulliahan. Makalah ini dapat mambantu kesulitan mahasiswa dalam menemukan referensi yang tepat mengenai kajian Pragmatik, khususnya Deiksis.
· Dosen
Bagi dosen, makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk memberikan pengajaran tentang Pragmatik, khusunya tentang Deiksis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KAJIAN PRAGMATIK
Istilah pragmatik pertama-tama digunakan oleh filosof kenamaan Charles Morris (1938). Filosof ini memang mempunyai perhatian besar terhadap ilmu yang mempelajari system tanda (semiotik). Dalam semiotik ini, dia membedakan tiga konsep dasar yaitu sintaktik, semantik, dan pragmatik. Sintaktik mempelajari hubungan formal antara tanda-tanda. Semantik mempelajari hubungan antara tanda dengan objek. Pragmatik mengkaji hubungan antara tanda dengan penafsir (interpreters). Tanda-tanda yang dimaksud di sini adalah tanda-tanda bahasa bukan yang lain.
Berbeda dengan Charles Morris, Carnap (1938) seseorang filosof dan ahli logika menjelaskan bahwa pragmatik mempelajari konsep-konsep abstrak tertentu yang menunjukkan pada agents. Dengan perkataan lain, pragmatic mempelajari hubungan konsep yang merupakan tanda dengan pemakai tanda tersebut. Selanjutnya, ahli lainkan Montague mengatakan bahwa pragmatic adalah Studi yang mempelajari idexical atau deictic. Dalam pegertian yang terakhir ini, pragmatic berkaitan dengan teori rujukan/deiksis, yaitu pemakaian bahasa yang menunjuk pada rujukan tertentu menurut pemakainya.
Levinson (1983) dalam bukunya yang berjudul Pragmatics, memberikan beberapa batasan tentang pragmatik. Beberapa batasan yang dikemukakan Levinson antara lain mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Dalam batasan ini berarti untuk memahami pemakaian bahasa kita dituntut memahami pula konteks yang mewadahi pemakaian bahasa tersebut. Batasan lain yang dikemukakan Levinson mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa untuk mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu.
Leech (1983:6(dalam Gunawan 2004:2)) melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam bidang linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini disebut semantisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari pragmatik dan komplementarisme atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang saling melengkapi. Pragmatik dibedakan menjadi dua hal:
  1. Pragmatik sebagai sesuatu yang diajarkan, ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu pragmatik sebagai bidang kajian linguistik dan pragmatik sebagai salah satu segi di dalam bahasa.
  2. Pragmatik sebagai sesuatu yang mewarnai tindakan mengajar
Pragmatik pada dasarnya memperhatikan aspek-aspek proses komunikatif (Noss dan Llamzon, 1986). Menurut Noss dan Llamzon, dalam kajian pragmatik ada empat unsur pokok, yaitu hubungan antar peran, latar peristiwa, topik dan medium yang digunakan. Pragmatik mengarah kepada kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi yang menghendaki adanya penyesuaian bentuk (bahasa) atau ragam bahasa dengan faktor-faktor penentu tindak komunikatif. Faktor-faktor tersebut yaitu siapa yang berbahasa, dengan siapa, untuk tujuan apa, dalam situasi apa, dalam konteks apa, jalur yang mana, media apa dan dalam peristiwa apa sehingga dapat disimpulkan bahwa pragmatik pada hakekatnya mengarah pada perwujudan kemampuan pemakai bahasa untuk menggunakan bahasanya sesuai dengan faktor-faktor penentu dalam tindak komunikatif dan memperhatikan prinsip penggunaan bahasa secara tepat.
Pragmatik adalah kajian tentang penggunaan bahasa sesungguhnya. Pragmatik mencakup bahasan tentang deiksis, praanggapan, tindak tutur, dan implikatur percakapan. Deiksis adalah kata yang tidak memiliki referen yang tetap ( tetapi berubah-ubah ) seperti kata saya, sini, sekarang. Misalnya dalam dialog antara A dan B, saya secara bergantian mengacu kepada A atau B. Kata sini mengacu kepada tempat yang dekat dengan penutur, kata sekarang mengacu kepada waktu ketika penutur sedang berbicara.
Praanggapan mengacu kepada makna tersirat yang ” mendahului“ makna kalimat yang terucapkan ( tertulis ). Makna ini dapat ditangkap dan disimpulkan oleh pendengar ( pembaca ). Kalau kita mendengar ujaran “ibunya sedang sakit”, maka “makna lain” yang bisa ditangkap, yaitu ‘dia mempunyai ibu.’ Inilah yang disebut praanggapan. Untuk mengecek kebenarannya, kita dapat menggabungkan keduanya dengan menempatkan praanggapan di depan ujaran tadi menjadi: “Dia mempunyai ibu, ibunya sedang sakit”. Tetapi, praanggapan itu akan janggal jika ditempatkan di belakang.
Praanggapan berbeda dengan pengartian. Yang disebut pengartian yaitu “makna lain” yang “mengikuti” suatu ujaran. Misalnya kalau kita mendengar ujaran “ini bunga”, maka sebenarnya ada sejumlah makna yang menyertai makna ujaran itu yaitu “pantas wangi” (ini) bukan kerbau. Kalau digabungkan akan menjadi seperti ini:
“ini bunga. Pantas wangi.”
“ini bunga. Bukan kerbau.”
Dalam kehidupan sehari-hari pengartian banyak sekali didahului kata “Artinya, ….”, “itu berarti,….” Jadi, semacam simpulan atau tambahan pengertian (atau makna) atas ujaran yang mendahuluinya.
Tindak tutur adalah suatu ujaran sebagai suatu satuan fungsional dalam komunikasi. Di dalam teori tindak tutur, ujaran itu mempunyai dua jenis makna yaitu:
§ Makna proposisional (disebut juga makna lekusioner). Makana ini merupakan makna harafiah dasar dari ujaran yang disampaikan (dibawa) oleh kata atau struktur yang dikandung oleh ujaran itu.
§ Makna ilokusioner (daya ilokusioner). Makna ini merupakan efek yang dipunyai oleh teks tertulis atau ujaran terhadap pembaca atau pendengar. Misalnya kalimat “Saya haus.” Makna proposisionalnya adalah apa yang dikatakan tentang keadaan fisik penutur.
Daya ilokusioner adalah efek yang diinginkan penutur yang dipunyai oleh ujaran terhadap pendengar. Ujaran di atas misalnya mungkin dimaksud untuk meminta sesuatu untuk diminum. Sebuah tindak tutur adalah kalimat atau ujaran yang mempunyai makna proposisional dan daya ilokusioner. Sebuah tindak tutur yang dibentuk secara tidak langsung kadang-kadang disebut tindak tutur tidak langsung, seperti tindak tutur dalam contoh di atas (“saya haus”). Tindak tutur ini sering dirasakan lebih sopan untuk membangun tindak tutur tertentu, misalnya permintaan penolakan.
Implikatur percakapan mengacu kepada jenis “kesepakatan bersama” antara penutur dan lawan tuturnya, kesepakatan dalam pemahaman, bahwa yang dibicarakan harus saling berhubungan. Hubungan atau keterkaitan itu sendiri tidak terdapat pada masing-masing ujaran. Artinya, makna keterkaitan itu tidak diungkapkan secara harafiah pada ujaran itu. Dalam hal itu Soemarmo (dalam Dardjowidjojo, 1988) member contoh cakapan berikut:
A: “Kamu masih di sini.”
B: “Bus ke Muntilan baru saja lewat.”
Kalau hanya melihat kedua ujaran A dan B itu kita tidak memperoleh keterkaitan, karena A berbicara (mungkin dengan keterkejutan atau keheranan masih di sini, di Jogja) tentang B yang ada di depannya, sedangkan B berbicara tentang bus yang ke Muntilan. B tidak perlu heran, karena ada kebenaran bahwa “B ada di sini”. Meskipun A berujar demikian. Mengapa? Karena B menyadari bahwa A tahu betul seharusnya B sudah berangkat ke Muntilan (dan tidak “di sini”). Sebaliknya, A juga tidak perlu heran karena B mengucapkan kalimat itu karena kalimat B tadi merupakan alasan mengapa dia belum berangkat (dan arena itu masih di sini). Jadi, implikatur percakapan itu dapat dikatakan sejenis makna yang terkandung dalam cakapan yang dipahami oleh masing-masing partisipan.
2.2 PENGERTIAN DEIKSIS
Deiksis berasal dari kata Yunani kuno yang berarti “menunjukkan atau menunjuk”. Dengan kata lain informasi kontekstual secara leksikal maupun gramatikal yang menunjuk pada hal tertentu baik benda, tempat, ataupun waktu itulah yang disebut dengan deiksis, misalnya he, here, now. Ketiga ungkapan itu memberi perintah untuk menunjuk konteks tertentu agar makna ujaran dapat di pahami dengan tegas.Tenses atau kala juga merupakan jenis deiksis. Misalnya then hanya dapat di rujuk dari situasinya.
Deiksis didefinisikan sebagai ungkapan yang terikat dengan konteksnya. Contohnya dalam kalimat “Saya mencintai dia”, informasi dari kata ganti “saya” dan “dia” hanya dapat di telusuri dari konteks ujaran. Ungkapan-ungkapan yang hanya diketahui hanya dari konteks ujaran itulah yang di sebut deiksis.
Lavinson (1983) memberi contoh berikut untuk menggambarkan pentingnya informasi deiksis. Misalnya anda menemukan sebuah botol di pantai berisi surat di dalamnya dengan pesan sebagai berikut :
(1) Meet me here a week from now with a stick about this big.
Pesan ini tidak memiliki latar belakang kontekstual sehingga sangat tidak informatif. Karena unkapan deiksis hanya memiliki makna ketika ditafsirkan oleh pembaca. Pada dasarnya ungkapan deiksis ini masuk dalam ranah pragmatik. Namun karena penemuan makna ini sangat penting untuk mengetahui maksud dan kondisi yang sebenarnya maka pada saat yang sama masuk dalam ranah semantik. Dengan kata lain dalam kasus ungkapan deiksis, proses pragmatik dalam mencari acuan masuk dalam semantik. Umumnya kita dapat mengatakan ungkapan deiksis merupakan bagian yang mengacu pada ungkapan yang berkaitan dengan konteks situasi, wacana sebelumnya, penunjukan, dan sebagainya.
Dalam KBBI (1991: 217), deiksis diartikan sebagai hal atau fungsi yang menunjuk sesuatu di luar bahasa; kata tunjuk pronomina, ketakrifan, dan sebagainya.
Deiksis adalah kata-kata yang memiliki referen berubah-ubah atau berpindah-pindah (Wijana, 1998: 6). Menurut Bambang Yudi Cahyono (1995: 217), deiksis adalah suatu cara untuk mengacu ke hakekat tertentu dengan menggunakan bahasa yang hanya dapat ditafsirkan menurut makna yang diacu oleh penutur dan dipengaruhi situasi pembicaraan.
Deiksis dapat juga diartikan sebagai lokasi dan identifikasi orang, objek, peristiwa, proses atau kegiatan yang sedang dibicarakan atau yang sedang diacu dalam hubungannya dengan dimensi ruang dan waktunya, pada saat dituturkan oleh pembicara atau yang diajak bicara (Lyons, 1977: 637 via Djajasudarma, 1993: 43).
Menurut Bambang Kaswanti Purwo (1984: 1) sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila rujukannya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung siapa yang menjadi pembicara, saat dan tempat dituturkannya kata-kata itu. Dalam bidang linguistik terdapat pula istilah rujukan atau sering disebut referensi, yaitu kata atau frase yang menunjuk kata, frase atau ungkapan yang akan diberikan. Rujukan semacam itu oleh Nababan (1987: 40) disebut deiksis (Setiawan, 1997: 6).
Pengertian deiksis dibedakan dengan pengertian anafora. Deiksis dapat diartikan sebagai luar tuturan, dimana yang menjadi pusat orientasi deiksis senantiasa si pembicara, yang tidak merupakan unsur di dalam bahasa itu sendiri, sedangkan anafora merujuk dalam tuturan baik yang mengacu kata yang berada di belakang maupun yang merujuk kata yang berada di depan (Lyons, 1977: 638 via Setiawan, 1997: 6).
Berdasarkan beberapa pendapat, dapat dinyatakan bahwa deiksis merupakan suatu gejala semantis yang terdapat pada kata atau konstruksi yang acuannya dapat ditafsirkan sesuai dengan situasi pembicaraan dan menunjuk pada sesuatu di luar bahasa seperti kata tunjuk, pronomina, dan sebagainya. Perujukan atau penunjukan dapat ditujukan pada bentuk atau konstituen sebelumnya yang disebut anafora. Perujukan dapat pula ditujukan pada bentuk yang akan disebut kemudian. Bentuk rujukan seperti itu disebut dengan katafora.
Fenomena deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan antara bahasa dan konteks dalam struktur bahasa itu sendiri. Kata seperti saya, sini, sekarang adalah kata-kata deiktis. Kata-kata ini tidak memiliki referen yang tetap. Referen kata saya, sini, sekarang baru dapat diketahui maknanya jika diketahui pula siapa, di tempat mana, dan waktu kapan kata-kata itu diucapkan. Jadi, yang menjadi pusat orientasi deiksis adalah penutur.
2.3 JENIS-JENIS DEIKSIS
Deiksis ada lima macam, yaitu deiksis orang, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana dan deiksis sosial (Nababan, 1987: 40). Selain itu Kaswanti Purwo (Sumarsono: 2008;60) menyebut beberapa jenis deiksis, yaitu deiksis persona, tempat, waktu, dan penunjuk. Sehingga jika digabungkan menjadi enam jenis deiksis. Paparan lebih lengkap sebagai berikut.
a. Deiksis Persona
Istilah persona berasal dari kata Latin persona sebagai terjemahan dari kata Yunani prosopon, yang artinya topeng (topeng yang dipakai seorang pemain sandiwara), berarti juga peranan atau watak yang dibawakan oleh pemain sandiwara. Istilah persona dipilih oleh ahli bahasa waktu itu disebabkan oleh adanya kemiripan antara peristiwa bahasa dan permainan bahasa (Lyons, 1977: 638 via Djajasudarma, 1993: 44). Deiksis perorangan (person deixis); menunjuk peran dari partisipan dalam peristiwa percakapan misalnya pembicara, yang dibicarakan, dan entitas yanng lain.
Deiksis orang ditentukan menurut peran peserta dalam peristiwa bahasa. Peran peserta itu dapat dibagi menjadi tiga. Pertama ialah orang pertama, yaitu kategori rujukan pembicara kepada dirinya atau kelompok yang melibatkan dirinya, misalnya saya, kita, dan kami. Kedua ialah orang kedua, yaitu kategori rujukan pembicara kepada seorang pendengar atau lebih yang hadir bersama orang pertama, misalnya kamu, kalian, saudara. Ketiga ialah orang ketiga, yaitu kategori rujukan kepada orang yang bukan pembicara atau pendengar ujaran itu, baik hadir maupun tidak, misalnya dia dan mereka.
Kata ganti persona pertama dan kedua rujukannya bersifat eksoforis. Hal ini berarti bahwa rujukan pertama dan kedua pada situasi pembicaraan (Purwo, 1984: 106). Oleh karenanya, untuk mengetahui siapa pembicara dan lawan bicara kita harus mengetahui situasi waktu tuturan itu dituturkan. Apabila persona pertama dan kedua akan dijadikan endofora, maka kalimatnya harus diubah, yaitu dari kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung. (Setiawan, 1997: 8).
Bentuk pronomina persona pertama jamak bersifat eksofora. Hal ini dikarenakan bentuk tersebut, baik yang berupa bentuk kita maupun bentuk kami masih mengandung bentuk persona pertama tunggal dan persona kedua tunggal.
Berbeda dengan kata ganti persona pertama dan kedua, kata ganti persona ketiga, baik tunggal, seperti bentuk dia, ia, -nya maupun bentuk jamak, seperti bentuk sekalian dan kalian, dapat bersifat endofora dan eksofora. Oleh karena bersifat endofora, maka dapat berwujud anafora dan katafora (Setiawan, 1997: 9).
Deiksis persona merupakan deiksis asli, sedangkan deiksis waktu dan deiksis tempat adalah deiksis jabaran. Menurut pendapat Becker dan Oka dalam Purwo (1984: 21) bahwa deiksis persona merupakan dasar orientasi bagi deiksis ruang dan tempat serta waktu.
Deiksis perorangan menunjukan subjektivitas dalam struktur semantik. Deiksis perorangan hanya dapat ditangkap jika kita memahami peran dari pembicara, sumber ujaran, penerima, target ujaran, dan pendengar yang bukan dituju atau ditarget. Dengan demikian kita dapat mengganti kata ganti dan kata sifat pada contoh (6) dengan contoh (7) atau (8) dalam proses ujaran.
(6) “give me your hand”
(7) “give him your hand”
(8) “I give him my hand”
Berikutnya, penting kiranya melihat jumlah jamak yang berbeda maknanya ketika kita terapkan pada orang pertama dan orang ketiga. Pada orang pertama, bukan berarti multiplikasi dari pembicara. Juga, “we” dapat menjadi inklusif atau eksklusif dari yang ditunjuk. Sistem kata ganti berbeda dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain karena ragam perbedaan ditambahkan seperti jumlah dua, jenis kelamin, status sosial, dan jarak sosial. Lebih-lebih, istilah keturunan juga menunjuk pada deiksis. Misalnya, dalam bahasa Aborigin Australia ada istilah yang digunakan untuk seseorang yang merupakan bapak pembicara dan merupakan kakek pembicara. Bapak pembicara yang bukan kakek pembicara akan ditunjukan dengan istilah yang lain.
Jika ditinjau dari segi artinya, pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina lain. Jika dilihat dari segi fungsinya, dapat dikatakan bahwa pronomina menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek, objek, dan -dalam macam kalimat tertentu- juga predikat. Ciri lain yang dimiliki pronomina ialah acuannya dapat berpindah-pindah karena bergantung pada siapa yang menjadi pembicara/penulis, yang menjadi pendengar/pembaca, atau siapa/apa yang dibicarakan (Moeliono, 1997: 170).